Saturday, December 24, 2011

Jika Ingin Kaya, Tak Perlu Sekolah

Jika Ingin Kaya, Tak Perlu Sekolah

AddthisAddthis
Profesor, doktor, magister manajemen, insinyur,  dan sarjana menunjukkan sederet titel di bidang pendidikan. Tetapi apakah gelar meruapakan kunci seseorang  untuk menjadi kaya? Memang, banyak orang kaya berkat sekolah dan bergelar. Tapi, banyak juga dari mereka yang sukses  tanpa gelar dari sekolah.
Ingin kaya tanpa sekolah, mungkin akan ditentang oleh mayoritas orang. Paradigma atau pandangan  seperti  itu  barangkali dianggap mengada-ada dan tak benar adanya. Inilah yang kemudian memicu ketenaran Bob sadino sebagai sosok yang kontroversial dengan ide gila bisnisnya. Meski  demikian, jika kita ingin memahami, ternyata ada sebuah filosofi menarik di dalamnya dan terbukti  bisa dipertanggungjawabkan.
Bob mengaku  tidak pernah menyatakan sekolah atau kampus itu jelek, tetapi ia meminta agar para mahasiswa berproses, berpikir, dan berani menggeser paradigmanya. Gelar sarjana, penguasaan teori, atau jadi orang yang  serba tahu itu tidak cukup untuk bergelar dengan tantangan di masyarakat.
Menurutnya, karena pendidikan  juga, mahasiswa menjadi enggan menekuni pekerjaan yang tidak  bergengsi. Mereka cenderung merasa lebih tahu sebelum bekerja. Sehingga , saat sudah menjadi sarjana, mereka enggan bekerja di level bawah. Padahal, seseorang yang ingin terjun ke dunia wirausaha harus menjalani sebuah prakondisi dengan bekal tiga hal, yaitu menghilangkan rasa takut, menghilangkan harapan-harapan dan melepaskan semua belenggu pikiran. Untuk menjalani dunia ini, tidak dibutuhkan pendidikan sampai tingkat tertinggi. Pendidikan tingkat menengah pun cukup.
Meninggalkan sekolah, tidak bisa diartikan secara ekstrem. Sebab, makna dari kalimat ini cukup luas. Meninggalkan sekolah bisa dimaknai tidak terbelenggu dengan jurusan yang dipilih. Hanya karena menggeluti bisnis, maka yang lain tidak terbaca. Sebab, makna belajar tidak hanya sekedar tahu, tapi bagaimana mengeksplorasi dan menemukan sesuatu.
Tak diragukan lagi, Bob Sadino merupakan sosok yang fenomenal, terkenal, dan berhasil dalam menjalankan roda bisnisnya. Sehingga, banyak hal yang bisa kita  peroleh dari orang seperti dia. Prinsip-prinsip hidupnya sebenarnya sangat berguna apabila kita terapkan dalam berbisnis atau berusaha  untuk menjadi seorang  enterpreneur, walaupun banyak prinsipnya yang gila dan terlepas dari teori umum yang ada. Padahal, jika ide gila tersebut diterapkan, bisa menjadi jurus jitu untuk kesuksesan seorang entrepreneur.
Bob Sadino sering mengemukakan pertanyaan tentang pendiriannya, “Kalau mau kaya, ngapain sekolah?” Sosok Om Bob (sapaan akrabnya) memang bisa dikatagorikan sebagai orang sukses yang tidak sekolah. Dia hanya tamatan SMA dan sempat kuliah, meski hanya beberapa bulan saja. Mereka, khususnya para sarjana, menyalahkan Bob dengan pendiriannya tersebut. Kata mereka, kalau semua orang yang mau kaya meninggalkan sekolah, lalu bagaimana dengan nasib sekolah sendiri? Bukankah sekolah akan kosong melompong, karena semua orang pasti   mau kaya?
Bob menganggap sanggahan para sarjana sebagai salah persepsi terhadap “kalau mau kaya, ngapain sekolah?” Maka, Bob memberikan penjelasan bahwa “Kalau Mau Kaya Ngapain Sekolah?” memang  sudah teruji, bukan sekedar pendapat yang asal-asalan.
Penjelasan Bob dimulai  dengan  penggambaran  sebuah lingkaran. Lingkaran  akan bertambah kuadarannya. Selain kuadran kampus dan jalanan, terdapat pula kuadran terampil serta  profesional seperti gambar berikut;
Profesional
Jagoan
kampus
Jalanan
Perbedaan antara kuadran terampil dan profesional sangat tipis. Orang yang sudah terampil biasanya meningkatkan kapasitas dirinya menjadi profesional.
Biasanya kalau sudah profesional, orang akan mendapatkan banyak tekanan dari masyarakat. Banyak pertanyaan tentang asal mual keahliannya.
Boleh jadi, sang profesional ini bisa menjawab semua pertanyaan, tetapi biasanya tidak sampai 100 persen. Paling banyak, sekitar 90 persen sampai 99 persen. Darimana dia bisa mendapatkan jawaban sampai 100 persen? Jawabannya ada di kampus, karena di kampus, setiap hari selalu dipenuhi informasi dari teori terbaru. Jadi, profesional akan mencari berbagai teori untuk menyempurnakan keahliannya dari sekolah atau kampus.
Lingkaran kuadran berputar dari jalanan, lalu menjadi terampil, kemudian profesional, dan ke kuadran kampus. Dari kampus, seharusnya ke jalanan lagi, demikian seterusnya. Proses ini tetap berputar sepanjang kehidupan manusia.
Sumber: Buku, Cara Gila Untuk Kay