Jika Ingin Kaya, Tak Perlu Sekolah
Written by Administrator
Profesor,
doktor, magister manajemen, insinyur, dan sarjana menunjukkan sederet
titel di bidang pendidikan. Tetapi apakah gelar meruapakan kunci
seseorang untuk menjadi kaya? Memang, banyak orang kaya berkat sekolah
dan bergelar. Tapi, banyak juga dari mereka yang sukses tanpa gelar
dari sekolah.
Ingin kaya tanpa sekolah, mungkin akan
ditentang oleh mayoritas orang. Paradigma atau pandangan seperti itu
barangkali dianggap mengada-ada dan tak benar adanya. Inilah yang
kemudian memicu ketenaran Bob sadino sebagai sosok yang kontroversial
dengan ide gila bisnisnya. Meski demikian, jika kita ingin memahami,
ternyata ada sebuah filosofi menarik di dalamnya dan terbukti bisa
dipertanggungjawabkan.
Bob mengaku tidak pernah menyatakan
sekolah atau kampus itu jelek, tetapi ia meminta agar para mahasiswa
berproses, berpikir, dan berani menggeser paradigmanya. Gelar sarjana,
penguasaan teori, atau jadi orang yang serba tahu itu tidak cukup untuk
bergelar dengan tantangan di masyarakat.
Menurutnya, karena pendidikan juga,
mahasiswa menjadi enggan menekuni pekerjaan yang tidak bergengsi.
Mereka cenderung merasa lebih tahu sebelum bekerja. Sehingga , saat
sudah menjadi sarjana, mereka enggan bekerja di level bawah. Padahal,
seseorang yang ingin terjun ke dunia wirausaha harus menjalani sebuah
prakondisi dengan bekal tiga hal, yaitu menghilangkan rasa takut,
menghilangkan harapan-harapan dan melepaskan semua belenggu pikiran.
Untuk menjalani dunia ini, tidak dibutuhkan pendidikan sampai tingkat
tertinggi. Pendidikan tingkat menengah pun cukup.
Meninggalkan sekolah, tidak bisa
diartikan secara ekstrem. Sebab, makna dari kalimat ini cukup luas.
Meninggalkan sekolah bisa dimaknai tidak terbelenggu dengan jurusan yang
dipilih. Hanya karena menggeluti bisnis, maka yang lain tidak terbaca.
Sebab, makna belajar tidak hanya sekedar tahu, tapi bagaimana
mengeksplorasi dan menemukan sesuatu.
Tak diragukan lagi, Bob Sadino merupakan
sosok yang fenomenal, terkenal, dan berhasil dalam menjalankan roda
bisnisnya. Sehingga, banyak hal yang bisa kita peroleh dari orang
seperti dia. Prinsip-prinsip hidupnya sebenarnya sangat berguna apabila
kita terapkan dalam berbisnis atau berusaha untuk menjadi seorang
enterpreneur, walaupun banyak prinsipnya yang gila dan terlepas dari
teori umum yang ada. Padahal, jika ide gila tersebut diterapkan, bisa
menjadi jurus jitu untuk kesuksesan seorang entrepreneur.
Bob Sadino sering mengemukakan
pertanyaan tentang pendiriannya, “Kalau mau kaya, ngapain sekolah?”
Sosok Om Bob (sapaan akrabnya) memang bisa dikatagorikan sebagai orang
sukses yang tidak sekolah. Dia hanya tamatan SMA dan sempat kuliah,
meski hanya beberapa bulan saja. Mereka, khususnya para sarjana,
menyalahkan Bob dengan pendiriannya tersebut. Kata mereka, kalau semua
orang yang mau kaya meninggalkan sekolah, lalu bagaimana dengan nasib
sekolah sendiri? Bukankah sekolah akan kosong melompong, karena semua
orang pasti mau kaya?
Bob menganggap sanggahan para sarjana
sebagai salah persepsi terhadap “kalau mau kaya, ngapain sekolah?” Maka,
Bob memberikan penjelasan bahwa “Kalau Mau Kaya Ngapain Sekolah?”
memang sudah teruji, bukan sekedar pendapat yang asal-asalan.
Penjelasan Bob dimulai dengan
penggambaran sebuah lingkaran. Lingkaran akan bertambah kuadarannya.
Selain kuadran kampus dan jalanan, terdapat pula kuadran terampil serta
profesional seperti gambar berikut;
Profesional |
Jagoan |
kampus |
Jalanan |
Perbedaan antara kuadran terampil dan
profesional sangat tipis. Orang yang sudah terampil biasanya
meningkatkan kapasitas dirinya menjadi profesional.
Biasanya kalau sudah profesional, orang
akan mendapatkan banyak tekanan dari masyarakat. Banyak pertanyaan
tentang asal mual keahliannya.
Boleh jadi, sang profesional ini bisa
menjawab semua pertanyaan, tetapi biasanya tidak sampai 100 persen.
Paling banyak, sekitar 90 persen sampai 99 persen. Darimana dia bisa
mendapatkan jawaban sampai 100 persen? Jawabannya ada di kampus, karena
di kampus, setiap hari selalu dipenuhi informasi dari teori terbaru.
Jadi, profesional akan mencari berbagai teori untuk menyempurnakan
keahliannya dari sekolah atau kampus.
Lingkaran kuadran berputar dari jalanan,
lalu menjadi terampil, kemudian profesional, dan ke kuadran kampus.
Dari kampus, seharusnya ke jalanan lagi, demikian seterusnya. Proses ini
tetap berputar sepanjang kehidupan manusia.
Sumber: Buku, Cara Gila Untuk Kay