Tokoh Tokoh Dalam Lagu Iwan Fals
Lagu-lagu Iwan Fals baik karyanya sendiri maupun karya orang lain yang dinyanyikannya banyak menyebutkan nama beberapa tokoh. Tokoh-tokoh tersebut ada yang rekaan dan ada juga yang nyata. Ada yang serius diceritakan sebagai tokoh utama dan ada juga yang hanya numpang lewat hanya sekedar pelengkap.
Beberapa nama tokoh dalam lagu Iwan Fals yang merupakan sebuah imajinasi ternyata cukup dikenal hingga saat ini dan seakan-akan hidup dalam dunia nyata.
Berikut nama-nama yang disebutkan dalam lagu-lagu komersial Iwan Fals dari awal sampai terbaru yang sempat kami catat. Karena cukup panjang, maka kami tampilkan dalam 3 bagian. Adakah diantara tokoh-tokoh dibawah ini yang kalian kenal? (sb)
Tokoh Tokoh Dalam Lagu Iwan Fals (Bagian 1)
1. Hitler
Nama ini diucapkan dalam lagu Frustasi yang terdapat dalam album Canda Dalam Nada (1979). Dalam liriknya nama tokoh ini hanya sebagai pelengkap. Iwan Fals sedang berkhayal andai bisa menjadi orang besar seperti Adolf Hitler yang tenar.
Lagu Frustasi sendiri bercerita tentang kegelisahan seorang anak yang keluarganya berantakan.
2. Carter
Nama ini juga terdapat dalam lagu Frustasi yang terdapat dalam album Canda Dalam Nada (1979). Yang dimaksud adalah Jimmy Carter mantan presiden Amerika ke-39 (1977-1981). Dalam liriknya Iwan Fals sedang berkhayal menjadi orang tenar seperti Carter juragan kacang.
Jimmy Carter memang sempat mengurusi perusahaan kacang milik keluarganya.
3. Kecoak Idi Amin
Nama rekaan ini terdapat dalam lagu Dongeng Sebelum Tidur yang terdapat dalam album Canda Dalam Nada (1979). Nama Idi Amin sendiri adalah nama seorang pemimpin diktator militer di Uganda.
Dalam lagu ini Iwan Fals berkelakar bahwa nama tersebut adalah nama anaknya yang paling tua. Namun si anak yang selanjutnya disebut dengan panggilan si Amin diceritakan adalah orang yang selalu berpenampilan mewah, dan kemewahan itu adalah hasil curian. Sayangnya si Amin kebal kerangkeng.
(Nah, sekarang ditahun 2008 ini ada kan si Amin yang baru?. Wakil rakyat yang nyambi jadi maling.)
4. Gareng
Masih dalam lagu Dongeng Sebelum Tidur dari album Canda Dalam Ronda (1979), disini Iwan Fals bercerita bahwa anaknya yang bernama Kecoak Idi Amin itu jalannya seperti Gareng.
Gareng adalah salah satu tokoh pewayangan punakawan yang berkaki pincang. Hal ini merupakan sebuah sanepa dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu hati-hati dalam melangkahkan kaki. Selain itu, cacat fisik Gareng yang lain adalah tangan yang ciker atau patah. Ini adalah sanepa bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak milik orang lain. Diceritakan bahwa tumit kanannya terkena semacam penyakit bubul.
5. Poppy dan Nancy
Nama rekaan ini ada di lagu Imitasi dari album Canda Dalam Nada (1979). Oleh Iwan Fals nama Poppy dan Nancy disini dikisahkan sebagai wanita bookingan.
6. Totok/Titik, Sunarto/Sunarti, Ahmad/Asye dan Ismet/ Isye
Nama nama rekaan ini ada di lagu Imitasi dari album Canda Dalam Nada (1979). Menurut Iwan Fals, nama Totok, Sunarto, Ahmad dan Ismet adalah nama yang digunakan bila pagi hari, sedangkan Titik, Sunarti, Asye dan Isye adalah nama untuk malam hari. Dengan kata lain nama tokoh tokoh ini adalah seorang waria.
7. Darto
Nama ini terdapat dalam lagu Imitasi dari album Canda Dalam Nada (1979). Nama ini sepertinya yang dimaksud Iwan Fals adalah Darto Helm (alm. Meninggal 14 Agustus 2004). Darto Helm adalah seorang pelawak yang populer di tahun 80-an. Dalam lagu ini diceritakan saat Iwan Fals tercengang melihat waria yang penampilannya persis perempuan tulen dan membuat jidat Iwan Fals mengkerut seperti jidat Darto. Darto Helm dikenal dengan kepalanya yang botak dan jidatnya yang lebar seperti helm.
8. Joni
Nama rekaan yang ada di lagu Joni Kesiangan dari album Canda Dalam Nada (1979) ini dikisahkan oleh Iwan Fals sebagai lelaki hidung belang. Joni lebih menyukai kebun tetangga sebab dia sudah bosan dengan istrinya.
9. Mpok Tati
Nama fiksi ini masih dalam lagu Joni Kesiangan dari album Canda Dalam Nada (1979). Mpok Tati adalah tante-tante selingkuhan Joni yang diceritakan oleh Iwan Fals adalah masih bertetangga dengan Joni.
10. Anton, Jamilah dan Jaitun
Nama nama fiktif ini ada dalam lagu Alasan dari album Perjalanan (1980). Sebenarnya dalam album ini lagu Alasan tidak dinyanyikan Iwan Fals melainkan oleh Totok Gunarto salah satu rekan yang tergabung dengan kelompok Amburadul (kelompok musik dimana Iwan Fals mengawali karirnya). Namun akhir-akhir ini Iwan Fals sering menyanyikan lagu ini dalam konser-konsernya.
Lagu ini berkisah tentang perselingkuhan yang dilakukan dengan berbagai alasan. Nama Anton ada dari kepanjangan kata ARISAN (Aku rindu sama Anton). Sedangkan Jamilah dan Jaitun ada dari kepanjangan kata RAPAT KERJA (Rapat empat mata kerumah Jamilah, Jaitun janda muda).
11. Mince, Sonya, Betty, Mona dan Susy
Nama nama rekaan ini ada pada lagu Imitasi atau ada juga yang menulis dengan judul Wanita Tiruan yang ada di album Perjalanan (1980). Nama nama imajinasi tersebut dikisahkan Iwan Fals sebagai waria yang mangkal ditepi jalan. Dan mereka lari tunggang langgang ketika petugas patroli ketentraman dan ketertiban kota (trantib) datang.
12. Udin, Inah dan Ujang
Nama nama ini terdapat dalam lagu Mak dari album Perjalanan (1980). Dikisahkan oleh Iwan Fals ketiga nama rekaan tersebut adalah anak-anak seorang tukang batu yang menanti ayahnya pulang. Bersama ibunya mereka menanti datangnya sang ayah dan berharap membawa uang untuk kebutuhan mereka.
13. Mang Mamat
Masih dari lagu Mak dalam album Perjalanan (1980). Mang Mamat dikisahkan oleh Iwan Fals adalah mandor tempat kerja ayah ketiga anak yang disebutkan diatas. Disaat keluarga itu menanti datangnya sang ayah, Mang Mamat datang membawa kabar kalau sang bapak mengalami kecelakaan kerja. Si istri bingung bagaimana membayar biaya pengobatan suaminya sedangkan untuk makan ketiga anaknya saja dia kesusahan. Lalu si ibu merelakan tubuhnya untuk diberikan kepada si mandor tanpa sepengetahuan keluarganya, agar segala kebutuhan keluarganya bisa terpenuhi.
14. Hatta
Nama ini menjadi judul lagu Iwan Fals dengan judul Hatta yang ada dalam album Sarjana Muda (1981). Mohammad Hatta adalah proklamator Republik Indonesia yang juga sebagai wakil presiden RI pertama. Dalam lagu ini Iwan Fals mengenang meninggalnya Bung Hatta yang banyak meninggalkan kesan mendalam bagi rakyat Indonesia.
Namanya begitu harum dan dikenang karena kesederhanaan dan kedekatannya dengan rakyat. Hingga Iwan Fals menggambarkan adanya hujan air mata dari pelosok negeri saat melepas beliau pergi untuk selamanya.
15. Umar Bakri
Nama rekaan ini tentu tidak asing ditelinga kita. Terdapat dalam lagu yang berjudul Guru Umar Bakri dari album Sarjana Muda (1981). Nama yang hingga sekarang masih populer ini dikisahkan oleh Iwan Fals sebagai seorang guru sekolah yang lugu dan sederhana dengan masih menggunakan sepeda kumbang sebagai alat transportasi. Seorang pegawai negeri yang mengajar disekolah dimana murid-muridnya hobi tawuran.
Namun pengabdian Umar Bakri di dunia pendidikan selama empat puluh tahun dengan segala jasa yang diberikan dan rintangan yang diterima tidak dihargai oleh pemerintah. Dikabarkan oleh Iwan Fals bahwa gaji yang sudah pasti kecil bagi seorang guru pegawai negeri seperti Umar Bakri masih saja dipotong oleh negara.
Terlepas dari kisah ini, nama pak guru Umar juga disebutkan dalam lagu Cantik Munafik dari album Lancar (1987). Lagu yang berkisah tentang perempuan usia sekolah yang melacurkan diri.
16. Habibie
Masih dalam lagu Umar Bakri dari album Sarjana Muda (1981). BJ Habibie saat itu menjadi Menteri Riset dan Teknologi Indonesia. Habibie dikenal sebagai tokoh yang jenius dan memberi pengaruh besar bagi rakyat Indonesia terutama dalam bidang teknologi. Dan pada akhirnya dia menjadi Presiden ke 3 RI setelah rezim Soeharto tumbang.
Dalam lagu ini, Iwan Fals mengisahkan bahwa seorang guru seperti Umar Bakri bisa otak orang seperti otak Habibie, alias pandai. Namun jasa-jasa Umar Bakri tidak dihargai oleh negara.
17. Galang Rambu Anarki
Nama Galang Rambu Anarki (alm) adalah nama putra pertama Iwan Fals yang dijadikan judul lagu dalam album Opini (1982). Lagu ini berkisah harapan seorang Iwan Fals pada kelahiran anak pertamanya (1 Januari 1982) ditengah kerasnya kondisi hidup saat itu saat BBM naik dan menjelang Pemilu. Galang meninggal dunia 25 April 1997 di rumah Iwan Fals saat masih di Bintaro dan dimakamkan di Leuwinanggung (sekarang adalah kediaman tetap Iwan Fals).
Kematian Galang membuat Iwan Fals berubah total. Iwan yang dulunya kita kenal sebagai musisi garang dan terkesan liar baik penampilan maupun lirik-liriknya, kini nampak lebih lembut, dewasa dan bersahaja. Peristiwa ini benar-benar merubah kehidupan seorang Iwan Fals dan secara tidak langsung juga mempengaruhi penggemarnya.
18. Tarmijah
Dalam lagu Tarmijah dan Problemnya dari album Opini (1982), Iwan Fals mengisahkan suka duka seorang pembantu rumah tangga yang diberi nama Tarmijah. Tarmijah kerap diperas tenaganya dan tidak dihargai sebagai manusia. Hingga diakhir lagu Iwan Fals menggambarkan kekerasan fisik yang dilakukan majikan kepada Tarmijah.
Dan sampai saat ini masih banyak Tarmijah-Tarmijah disekitar kita, hanya saja kita tidak tahu atau tidak mau tahu.
19. Sugali
Nama tokoh fiksi ini terdapat dalam album dengan judul yang sama yaitu Sugali (1984). Disini Iwan Fals menggambarkan tokoh Sugali sebagai seorang kriminal pemberani buronan polisi yang tidak takut dengan letusan senapan dan hidup dilingkungan liar seperti di lokalisasi pelacuran sebagai tempat pelariannya.
Pada masa itu, di era 80-an kita mengenal istilah Petrus (penembak misterius) yang banyak memburu buronan dan menembaknya begitu saja tanpa peringatan, walaupun sering terjadi salah sasaran dan tidak ada penjelasan hingga sekarang. Lagu Sugali hadir pada masa itu.
Nama Sugali berasal dari kata Gali, yang diartikan sebagai orang yang hidupnya liar dijalanan dan melawan hukum. Kata Gali sendiri ada yang mengartikan sebagai Gerombolan Anak Liar.
20. Tuan Polan
Nama fiktif ini disebutkan dua kali oleh Iwan Fals yaitu pada lagu Jangan Bicara dari album Barang Antik (1984) dan pada lagu Lancar dari album Lancar (1987). Nama Tuan Polan sama penggambarannya. Disini Iwan Fals mengisahkan Tuan Polan sebagai orang kaya raya yang tidak peduli pada nasib orang miskin dan kerjanya hanya menumpuk harta dengan segala cara.
(Masih adakah tuan Polan disekitar kita?)
21. Urip dan Icih
Dua nama rekaan ini terdapat dalam lagu Jangan Bicara dari album Barang Antik (1984). Urip dan Icih dikisahkan oleh Iwan Fals sebagai pegawai rendahan yang hidupnya tergantung apa kata pimpinan. Si Urip digambarkan sedang meratap di teras marmer direktur murtad. Sedangkan si Icih sedih diranjang empuk waktu majikannya menindih.
(Kalau si Urip, jaksa korup yang sekarang ditahan jelas beda dengan Urip diatas kan?. Urip yang sekarang maling)
22. Tante Lisa
Nama fiktif ini dikisahkan dalam lagu berjudul Tante Lisa dari album Barang Antik (1984). Tante Lisa dikisahkan sebagai seorang janda muda yang cantik dan menarik. Kerjaannya mengejar laki-laki kaya setelah diceraikan suaminya akibat terpergok selingkuh dengan tetangganya. Lagu karya Dama yang dinyanyikan Iwan Fals dengan irama country ini memberi pesan moral kepada orang seperti tante Lisa agar menyadari bahwa kehidupan terus berjalan, dan usia pasti bertambah. Kecantikan hanya sementara dan tidak akan abadi.
23. Budi
Nama ini ada dalam lagu Sore Tugu Pancoran dari album dengan judul yang sama (1985). Iwan Fals menggambarkan tokoh fiktif yang dipanggil dengan sebutan Si Budi Kecil ini sebagai penjual koran di persimpangan jalan Tugu Pancoran – Jakarta. Si Budi kecil menjual koran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan dia masih bersekolah. Dan pekerjaan ini menyita waktunya untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah. Hingga di akhir lirik Iwan Fals bertanya sanggupkah si Budi diam di dua sisi.
Sampai saat ini masih banyak kita jumpai Budi-Budi kecil di persimpangan jalan kota-kota diseluruh pelosok negeri ini. Kemana pemerintah? Sibuk dengan politik dan uang hingga melupakan nasib generasi penerus bangsa.
24. Tince Sukarti binti Mahmud
Nama tokoh ini ada dalam lagu dengan judul yang sama dari album Sore Tugu Pancoran (1985). Tince Sukarti adalah tokoh khayalan Iwan Fals yang dikisahkan berwajah cantik sebab campuran dari ayah Arab dan ibu Cina. Tince adalah kembang desa yang bermimpi menjadi tenar sebagai penyanyi di kota.
Dengan modal bisa bernyanyi dan bujuk rayu seseorang yang digambarkan Iwan Fals sebagai makelar penyanyi, Tince berangkat mengadu nasib di kota dengan janji akan diorbitkan walau tanpa restu kedua orang tuanya. Namun rupanya neng Karti ditipu oleh makelar penyanyi tersebut. Akhirnya kembang desa dalam imajinasi Iwan Fals itu layu tak lagi wangi seperti dulu.
25. Willy
Nama ini menjadi judul lagu Iwan Fals dalam album Ethiopia (1986). Willy adalah nama panggilan untuk penyair terkenal Indonesia Willibrordus Surendra Broto Rendra yang lebih kita kenal dengan WS. Rendra. Dalam lagu ini Iwan Fals seperti kehilangan figur seorang Rendra. Ia bertanya dimanakah gerangan dirinya yang dulu, dimana lantang suaranya.
Si anjing liar dari Jogjakarta, begitu julukan yang diberikan untuk WS. Rendra yang terkenal dengan puisi-puisinya yang keras mengkritisi keadaan sosial dan politik Indonesia. Pada masa itu, Rendra sedang menyendiri entah dimana sebab dikabarkan dia mendapat ancaman dari pemerintah untuk menghentikan membuat karya puisi yang menyindir pemerintah saat itu. Rendra adalah sahabat Iwan Fals, wajar bila Iwan merasa kehilangan seorang yang sejalan pemikiran dengannya walau lewat media yang berbeda.
Pada sebuah kesempatan konser tunggal yang ditayangkan live di TV tahun 2004, Iwan Fals menyanyikan lagu ini. Ditengah lagu, mata Iwan Fals berkaca-kaca dan seperti meneteskan air mata. Iwan sempat tidak bersuara untuk beberapa saat meski musik terus mengalun. Tentu ada kenangan yang mendalam untuk Iwan Fals tentang lagu ini dan figur penyair Rendra yang dikisahkan.
26. Gali Gongli
Tokoh fiksi Gali Gongli ada dalam lagu dengan judul yang sama dari album Aku Sayang Kamu (1986). Gali Gongli dikisahkan sebagai lelaki berandalan usia belasan yang hobinya berjudi dan mabuk-mabukan. Dia hidup di lokalisasi pelacuran. Ibunya seorang pelacur dan bapaknya entah dimana dan entah siapa.
27. Guru Zirah
Ini adalah nama rekaan Iwan Fals yang dijadikan judul lagu dalam album Wakil Rakyat (1987). Guru Zirah digambarkan sebagai guru muda yang cantik dan seorang murid menaruh hati padanya.
Dalam lagu yang kocak ini Iwan Fals masih menyelipkan kalimat-kalimat kritis, seperti dia menggambarkan andai Zirah menjadi pacarnya maka dia akan mengajak ke tempat yang murah meriah seperti ke kebun binatang untuk pacaran. Sebab dia tahu kalau gaji seorang guru hanya cukup untuk beli tahu.
28. Kho Ping Hoo
Nama tokoh ini terdapat dalam lagu Teman Kawanku Punya Teman dari album Wakil Rakyat (1987). Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo adalah pembuat serial komik silat dari Indonesia yang sangat terkenal pada tahun 80-an. Hingga sekarang serial komik Kho Ping Hoo masih dicetak, dijual dan dikoleksi.
Dalam lagu ini Iwan Fals bercerita tentang mahasiswa yang berlagak sok pintar. Namun dalam kesehariannya lebih asik membaca buku komik Kho Ping Hoo. Dan kenyataannya di akhir kuliah dia lulus dengan skripsi yang dibeli, bukan dari buah pikirannya sendiri.
(Saat inipun masih banyak sarjana model begini, termasuk pejabatnya banyak yang dapet gelar dari membeli ijazah saja)
29. Durno dan Bimo
Kedua tokoh ini terdapat dalam lagu Nak yang ada di album 1910 (1988). Tokoh tokoh ini ada dalam dunia perwayangan. Durno / Druna adalah guru yang pandai mengembangkan seni pertempuran. Dalam perwayangan Jawa, Drona berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir dalam berperang.
Sedangkan Bimo memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur, serta menganggap semua orang sama derajatnya.
Dalam lagu ini Iwan Fals seperti mengolok-olok secara kritis pada generasi muda agar menjadi orang yang berguna.
30. Westerling
Nama tokoh ini ada di lagu Pesawat Tempur dalam album 1910 (1988). Raymond Pierre Paul Westerling (Istanbul, Turki, 31 Agustus 1919–Purmerend, Belanda, 26 November 1987) adalah komandan pasukan Belanda yang terkenal karena memimpin Pembantaian Westerling (1946-1947) di Sulawesi Selatan dan percobaan kudeta APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) di Bandung, Jawa Barat.
Dalam lagu ini nama Westerling hanya numpang lewat ketika Iwan Fals mencibir pasangannya yang hanya tersenyum dan dikatakan kalau hanya senyum, Westerling juga bisa.
31. Bento
Tokoh rekaan ini tentu sudah tidak asing ditelinga kita. Nama Bento ada pada lagu dengan judul yang sama dari album Swami (1989). Bento disini dikisahkan sebagai seorang yang tampan, berkuasa dan kaya raya.
Namun Bento ternyata licik, dia memanfaatkan kekuasaannya untuk menumpuk kekayaan, menipu dan menerima upeti. Dalam kesehariannya Bento menutupi keburukannya dengan selalu bicara soal moral dan keadilan.
Hingga saat ini kita masih sering menyaksikan Bento-Bento kesiangan yang berkoar di seluruh media.
32. Ronggowarsito
Nama ini terdapat dalam lagu Condet dari album Swami (1989). Raden Ngabehi Ronggowarsito (lahir: Surakarta, 1802 – wafat: Surakarta, 1873) adalah pujangga besar budaya Jawa yang hidup di Kasunanan Surakarta. Ia dianggap sebagai pujangga terakhir tanah Jawa.
Dalam lagu ini Iwan Fals menceritakan ketimpangan dalam hidup dahulu dan sekarang. Dahulu segalanya indah dan damai, sekarang seperti semuanya kacau dan tidak tertata. Kemajuan teknologi yang tidak terkendali memberi dampak negatif untuk kehidupan seperti penipisan lapisan ozon.
Nama Ronggowarsito diibaratkan sebagai kondisi masa lalu. Kemudian dibandingkan dengan sekarang dimana orang lebih mengagumi jeritan dan gemuruh dari grup band Rolling Stones.
33. Paman Doblang
Nama rekaan ini menjadi judul lagu yang ada dalam album Kantata Takwa (1990). Paman Doblang dikisahkan sebagai seorang yang tidak mendapatkan keadilan. Dia menerima fitnah lalu dituduh salah dan dipenjara begitu saja tanpa pengadilan oleh penguasa. Lalu paman Doblang hanya bisa pasrah dan berdoa.
34. Cikal
Cikal adalah nama putri kedua Iwan Fals (Anissa Cikal Rambu Basae). Nama ini menjadi judul lagu yang terdapat dalam album Cikal (1991). Lagu ini memuat lirik yang sangat sulit dimengerti. Tidak banyak yang bisa diceritakan dari lirik dalam lagu ini yang tidak satupun menyebut kata Cikal. Pemahaman tentang lirik lagu ini tentu berbeda.
Pesan moral yang terdapat dalam lirik lagu ini begitu indah untuk diresapi bagi kita manusia yang mau berpikir pada kenyataan bahwa kita lahir dengan kesucian. Pengaruh lingkungan akan membawa kita kepada jalan apa saja yang dipilih. Mendidik seorang anak sangat penting, agar kelak dia dapat membuat kita bangga.
Sepenggal penjelasan itu bisa menggambarkan kejeniusan Iwan Fals dalam menulis lirik lagu.
35. Yani
Dalam lagu Untuk Yani di album Cikal (1991), nama ini hanya terdapat dalam judulnya saja. Tidak banyak yang mengenal tokoh ini. Sebuah informasi mengatakan bahwa Yani bernama Arahmaiani, seorang aktifis peduli lingkungan hidup. Dia juga seorang senirupa instalasi art ITB.
36. Bram
Dalam lagu Untuk Bram di album Cikal (1991), seperti lagu Untuk Yani, nama Bram hanya menjadi judul. Iwan Fals dalam sebuah konsernya sebelum menyanyikan lagu ini menyinggung kalau nama Bram adalah panggilan akrab Mahesa Ibrahim, musisi yang ikut terlibat dalam album ini.
37. Ramang, Kadir, Rully, Ricky, Ronny, Herry, Nobon, Juki, Cipto, Iswadi, Yudo dan Paslah
Nama-nama diatas adalah legenda sepakbola Indonesia yang dikutip dalam lagu Mereka Ada Di Jalan dari album Belum Ada Judul (1992). Iwan Fals berkisah tentang olahraga sepakbola yang semakin tersisihkan di kota-kota besar. Sarana untuk bermain bola tergusur oleh pembangunan. Tanah lapang menjadi rebutan untuk didirikan gedung. Sehingga anak-anak kecil di perkotaan kesulitan mendapatkan sarana untuk berolahraga. Sebuah lagu yang tajam mengkritisi tentang ketidakseimbangan pembangunan yang melupakan sarana bermain hanya demi keuntungan belaka. Kesenjangan hidup di kota besar juga digambarkan dengan kalimat, "Anak kota tak mampu beli sepatu".
Iwan Fals bercerita tentang anak-anak kecil yang bermain bola di lapangan yang terbentuk bekas penggusuran. Anak-anak kecil itu begitu bersemangat bermain bola hingga Iwan Fals mengandaikan mereka seperti tokoh legenda sepakbola Indonesia masa lalu yang mampu mengharumkan nama bangsa.
Ramang (karir 1952-1962) (meninggal di Makassar, 26 September 1987) adalah pemain sepak bola Indonesia dari PSM Makassar yang terkenal pada tahun 1950-an. Ia berposisi sebagai penyerang. Dia pernah mengantarkan PSM ke tangga juara pada era Perserikatan serta pernah memperkuat tim nasional sepak bola Indonesia. Era emas pertama diukir oleh Ramang Cs dengan prestasi yang masih dikenang yaitu menahan imbang raksasa Uni Soviet 0-0 di Olimpiade Melbourne 1956.
Abdul Kadir (karir 1968-1975) (lahir: Denpasar, Bali 27 Desember 1949 - meninggal: Jakarta, 4 April 2003) adalah pemain sepak bola legendaris Indonesia. Dia populer dengan julukan si Kancil. Dia pernah mengikuti berbagai pertandingan internasional seperti Merdeka Games tahun 1969, King Cup tahun 1968 dan Piala Aga Khan di Pakistan.
Rully Rudolf Nere (karir 1977-1989) (Papua, 13 Mei 1957) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia dengan posisi gelandang. Ia pernah memperkuat timnas nasional beberapa kali pada periode tahun 1980-an. Dalam kompetisi liga, ia memperkuat Persipura Jayapura.
Ricky Yacob (karir 1982-1993) (lahir: Medan, Sumatera Utara, 12 Maret 1963) adalah seorang pemain sepakbola legendaris Indonesia dengan posisi penyerang. Masa keemasannya terjadi pada paruh kedua dekade 1980-an. Karir sepakbolanya banyak dihabiskan bersama klub Arseto Solo.
Ronny Pattinasarani (alm) (karir 1970-1982) (Makassar, Sulawesi Selatan, 9 Februari 1949) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia yang berposisi sebagai libero. Dia mendapat banyak berprestasi dimasa keemasannya yaitu, Pemain Asia All Star (1982), Olahragawan Terbaik Nasional (1976 dan 1981), Pemain Terbaik Galatama (1979 dan 1980), Medali Perak SEA Games (1979 dan 1981).
Herry Kiswanto (karir 1985-1993) (Kuta Alam, Banda Aceh, 25 April 1955) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia. Posisinya di lapangan sebagai libero. Dalam karirnya ia hanya pernah mendapat sekali kartu kuning yaitu ketika membela Krama Yudha Tiga Berlian melawan Pelita Jaya di era Galatama.
Nobon Kayamudin (karir 1971-1979) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia. Dia berposisi sebagai gelandang. Dia juga mendapat julukan Biang Kerok.
Marzuki Nya Mad adalah pemain sepakbola legendaris Indonesia. Dia pernah bermain bagus pada Asian Games 1986. Marzuki Nyak Mad cs (Niac Mitra) juga pernah menahan PSV dengan Eric Gerets dan Ruud Gullit-nya 3-3 di Senayan dalam sebuah pertandingan persahabatan di era 80-an.
Sutjipto Soentoro (alm) adalah pemain sepak bola legendaris Indonesia pada masa 60-an sampai 70-an. Dia menempati posisi sebagai penyerang. Dia juga mendapat julukan si Gareng. Bersama dengan Iswadi Idris, Abdul Kadir, dan Jacob Sihasale, dikenal dengan sebutan "kuartet tercepat di Asia" berkat kecepatan dan kelincahan mereka yang luar biasa.
Iswadi Idris (karir 1968-1980) (Banda Aceh, 18 Maret 1948 – meninggal: Jakarta, 11 Juli 2008) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia. Pemain yang dijuluki "Boncel" karena tubuhnya relatif pendek (tinggi 165 cm) ini termasuk pemain paling berbakat yang dimiliki Indonesia. Ia memperkuat timnas PSSI sebagai pemain gelandang pada era 1960-an dan 1970-an. Selama menjadi pemain, Bang Is, demikian ia akrab disapa, sangat menggemari nomor punggung 13.
Yudo Hadianto (karir 1961-1974) (Solo, Jawa Tengah, 19 September 1941) adalah salah satu kiper sepak bola legendaris Indonesia era 1960-an dan 1970-an. Pada masanya ia sempat diakui sebagi kiper terbaik Asia.
Ronny Pasla (Medan, 15 April 1947) adalah mantan kiper Indonesia yang berkiprah sekitar tahun 1960’an – awal 1970. Pensiun dari dunia sepak bola di usia 40 tahun. Klub terakhir yang diperkuatnya adalah Indonesia Muda (IM), Jakarta pada 1985. Di Timnas, Ronny pensiun di usia 38 tahun. Saat Timnas Brazil melakoni tur ke Asia pada 1972, Brazil saat itu diperkuat pesepakbola legendaris dunia, Pele, singgah ke Indonesia. Dalam laga tersebut Indonesia kalah 1-2, tapi tetap menjadi momen terindah bagi Ronny, karena berhasil menahan eksekusi penalti Pele.
38. Dalbo
Nama Dalbo menjadi judul lagu dalam album Dalbo (1993). Dalbo sendiri berarti anak genderuwo. Dikisahkan dalam lagu ini Dalbo adalah seorang yang tidak mengenal siapa kedua orang tuanya. Dia hidup sebatang kara tanpa ada yang peduli. Namun dia tidak mau dikatakan sebagai anak haram. Dia lebih suka disebut anak alam.
39. Yos
Nama Yos disebutkan dalam lagu Menunggu Ditimbang Malah Muntah dari album Orang Gila (1994). Yos adalah nama panggilan untuk istri Iwan Fals yang bernama Rossana. Dalam lagu ini Iwan Fals berkisah tentang kesehariannya di rumah.
Dalam kehidupan nyatanya dia gelisah membaca berita surat kabar yang penuh dengan kabar tidak menggembirakan tentang situasi negara ini. Ditengah sendirinya membaca media cetak di kamar mandi sambil buang hajat, Iwan Fals mendengar kedua anaknya (waktu itu, Galang baru datang dari sekolah dan Cikal yang asik bermain sendiri). Setelah itu dia keluar dan melihat kedua anaknya tertidur begitu juga dengan Yos.
40. Udin
Fuad Muhammad Syafruddin yang akrab dipanggil Udin adalah wartawan Harian Bernas, Yogyakarta, yang dianiaya oleh orang tidak dikenal, dan kemudian meninggal dunia. Sebelum kejadian ini, Udin kerap menulis artikel kritis tentang kebijakan pemerintah Orde Baru dan militer. Udin lahir di Bantul pada 18 Februari 1964. Ia menjadi wartawan di Harian Bernas sejak 1986.
Selasa malam, pukul 23.30 WIB, 13 Agustus 1996, ia dianiaya pria tak dikenal di depan rumah kontrakannya, di dusun Gelangan Samalo, Jalan Parangtritis Km 13 Yogyakarta. Udin yang sejak malam penganiayaan itu, terus berada dalam keadaannya koma dan dirawat di RS Bethesda, Yogyakarta. Esok paginya, Udin menjalani operasi otak di rumah sakit tersebut. Namun, dikarenakan parahnya sakit yang diderita akibat pukulan batang besi di bagian kepala itu, akhirnya Udin meninggal dunia pada Jumat, 16 Agustus 1996, pukul 16.50 WIB.
Lagu Buat Penyaksi (Lagu Untuk Udin) berada pada album Kantata Samsara (1998). Perlu untuk diketahui bahwa kasus ini sampai sekarang tidak jelas dimana letak keadilannya. Sebuah kebenaran harus tetap disuarakan walaupun itu pahit.
41. Munir
Tokoh pejuang HAM Indonesia Munir Said Thalib yang tewas dibunuh pada 2004 dengan konspirasi tingkat tinggi menggugah Iwan Fals untuk membuat lagu. Lagu Pulanglah yang terdapat dalam album 50:50 (2007) dipersembahkan untuk perjuangan Munir.
Hingga saat ini pembunuh Munir dan dalangnya tidak jelas kita ketahui, dan sampai tulisan ini diterbitkan, proses pengadilan masih berjalan. Beberapa pejabat yang berwenang seperti lepas tangan dan saling bungkam juga saling melindungi. Beberapa orang yang telah ditangkap dan diadili terkesan hanya sebagai tumbal. Entah apa motif dibalik pembunuhan ini yang melibatkan kepentingan tertentu.
Tapi jangan lupa, sepandai-pandainya menyembunyikan bangkai, suatu saat baunya pasti tercium.
42. Gandhi
Dalam lagu Rubah dari album 50:50 (2007), Iwan Fals mengkritisi situasi saat ini dimana perubahan kehidupan sosial semakin jelas dirasa. Nama Mahatma Gandhi seorang tokoh dari India disebut disini. Mohandas Karamchand Gandhi (2 Oktober 1869—30 Januari 1948) adalah seorang pemimpin spiritual dan politikus dari India.
Pada masa kehidupan Gandhi, banyak negara yang merupakan koloni Britania Raya. Penduduk di koloni-koloni tersebut mendambakan kemerdekaan agar dapat memerintah negaranya sendiri.
Gandhi adalah salah seorang yang paling penting yang terlibat dalam Gerakan Kemerdekaan India. Dia adalah aktivis yang tidak menggunakan kekerasan, yang mengusung gerakan kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai.
Iwan Fals mengungkapkan bahwa banyak orang mencari figur seperti Gandhi, namun yang didapat adalah komedi. Yang dimaksud komedi adalah tokoh-tokoh yang suka memutar balikkan fakta dan bicara tidak sesuai dengan kenyataan alias tukang tipu, sehingga kita sering tertawa sendiri menyaksikan kekonyolan itu.
43. Azahari
Masih dalam lagu Rubah dari album 50:50 (2007), tokoh Doktor Azahari disebutkan oleh Iwan Fals. Azahari adalah tokoh yang dituduh merancang beberapa kasus pengeboman di Indonesia. Dan dia dikabarkan tewas dalam sebuah penggerebekan oleh polisi di tahun 2005.
Dalam liriknya Iwan Fals berkata orang menantikan hadirnya suatu revolusi yang merubah kehidupan sosial disini menjadi lebih baik, namun yang hadir adalah Azahari. Yang dimaksud disini adalah teror bom yang meresahkan.